API HARAPAN DARI TANJUNG BUTON
Senin, 31 Juli 2017siak mengembangkan kawasan industri Tanjung Buton sebagai daya tarik baru investasi. tak hanya bergantung pada sektor migas dan sawit.
Dua unit ekskavator terlihat sibuk mengeruk gundukan pupuk urea dari kapal angkut PT pupuk sriwidjaja palembang, selasa sore pekan lalu. di ujung dermaga pelabuhan tanjung Buton, Kabupaten Siak, Riau itu, dua buruh angkut menyemplung di lambung kapal, turut menyeroki tumpukan pupuk pupuk berwarna putih yang tidak terangkut oleh alat berat.di pinggir dermaga, empat truk bertonase 10 ton telah antre menunggu muatan. satu persatu lengan ekskavator mengayunkan moncongnya ke arah bak truk, menumpahkan pupuk kedalamnya. "pupuk ini akan dibawa ke gudang penyimpanan di Pekanbaru, "kata Rozali, pengawas dari PT Tiga Manunggal Jaya, perusahaan penyalur pupuk di Riau.
PT pupuk sriwidjaja memilih Tanjung Buton sebagai pintu masuk bongkar muat pupuk menuju riau. Selain menjadi pintu masuk pupuk, pelabuhan yang terletak di tepi perairan internasional selat malaka itu menjadi jalur distribusi mobil dan sepeda motor dari jakarta. Lewat Tanjung Buton Pula bermacam Produk agro dari Siak diekspor ke Malaysia, Siangapura, hingga Korea Selatan.Pemerintah Kabupaten Siak tengah mengembangkan Tanjung Buton sebagai pusat ekonomi baru dipesisir timur sumatera. terletak 175 kilometer di tenggara Dumai, Tanjung Buton menyuguhkan potensi pelabuhan dan kawasan Industri. "Kami berharap Kawasan Industri Tanjung Buton (KITB) jadi pintu gerbang masuknya investor ke Siak, "ucap Heriyanto, Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Siak.
Dari 5.100 Hektare lahan untuk kawasaan industri di kampung Mengkapan,Kecamatan Sungai Apit, itu "sebanyak 600 hektare telah bersertifikat hak pengelolaan lahan," ujar Heriyanto. Dilahan itulah perusahaan-perusahaan investor dapat memulai usaha mereka. "industri yang dikembangkan di Siak itu berbasis agro, berbeda dengan Dumai sebagai kawasaan industri hilir sawit, "kata Bupati Siak Syamsuar." Jadi nanti semua bisa masuk."Badan Pusat Statistik Siak mencatat industri pengolahan berperan vital bagi Kabupaten berpenduduk lebih dari 400 ribu jiwa itu. Dalam lima tahun terakhir, industri pengolahan dengan sektor pertambangan serta minyak dan gas menyumbang lebih dari 70 persen daru total pendapatan Siak. meski begitu, Siak membuka diri terhadap investasi nonsawit dan nonmigas. "Bisa pengolahan kater,sagu, refinery, galangan kapal,atau lainnya, "tutur Heriyanto.
Perusahaan pertama yang melirik investasi di tanjung Buton adalah PT Bosowa Corporindo. Bosowa sepakat menggelontorkan Rp 400 Miliar untuk berinvestasi di kawasan industri ataupun pelabuhan."kami akan membangun industri packing dan batching plant semen sebagai industri hilirnya, yaitu precast," kata salman dianda Anwar, Penanggung Jawab proyek PT Bosowa corporindo Wilayah Sumatera.Menurut Salman, Bosowa membidik industri semen karena tingginya potensi permintaan proyek infrastruktur pemerintah dimasa mendatang. "jalan tol, kereta api, pelabuhan, jembatan, saluran drainase, dan jalan beton karena tanah gambut di Riau, "ucapnya. Bosowa juga menggandeng perusahaan daerah Siak, PT Samudera Siak dan PT KITB , untuk mengolah operasional pelabuhan dan kawasan Industri Tanjung Buton.
KABAR gembira itu datang pada pertengahan juni lalu. Saat ini bupati Siak memperoleh informasi dari jakarta bahwa kawasan Industri Tanjung Buton (KITB) telah ditetapkan menjadi kawasan ekonomi khusus. Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 58 Tahun 2017 tersebut, "KITB masuk proyek strategis nasional, "kata Syamsuar.Bagi Syamsuar, masuknya KITB kedaftar 248 kawasan ekonomi khusus itu berarti ada dukungan dana dari Jakarta. "jalan menuju KITB kan sudah masuk jalan nasional, jadi kami berharap Kementrian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat dapat membantu untuk perbaikan jalan,"ujarnya. Menurut Syamsuar kualitas jalan menuju KITB akan menentukan minat investor untuk datang. " kalau jalan bagus,pasti orang sangat kepingin berinvestasi kesitu."Mutu jalan menuju KITB terbilang jauh dari mulus. Tempo menyambangi KITB melalui jalan raya Lintas Timur Sumatera, selasa pekan lalu. Dari ibu kota Kabupaten, Siak Sri Indrapura, yang berjarak 33 Kilometer, perjalanan ke Tajung Buton harus di tempuh selama lebih dari satu jam. kondisi jalan rusak berat dan berlubang sepanjang puluhan kilometer, meski masih bisa dilalui kendaraan roda empat ataupuntruk bertonase besar.
Pemerintah Siak menyadari tidak bakal mampu memoles infrastruktur jalan ke KITB itu menggunakan dana daerah. itu sebabnya, Siak mengandalkan bantuan anggaran nasional. "dana daerah tidak akan mapu, butuh bantuan APBN, " Kata Kepala Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah Siak Yan Prana Jaya. Kondisi berbeda dijumpai pada jalan raya mulus sejauh 100 kilometer yang menghubungkan Siak Sri Indrapura dan kota Pekanbaru.Kepala cabang Bosowa di Riau, Abdul Muis Mustafa, mengatakan kualitas jalan menuju KITB perlu di permak." Akses jalan cukup mengalami kerusakan," ujarnya. Diluar persoalan jalan , Abdul menilai Siak potensial sebagai daerah investasi yang bakal berkembang. "Siak punya pelabuhan existing terdekat dari (pelabuhan) Dumai yang sudah over kapasitas."
Menurut Heriyanto, letak pelabuhan Tanjung Buton sangat strategis. Dari Singapura, Tanjung Buton berjarak sekitar 180 kilometer. dibentengi pulau pedang, tebingtinggi, Rangsang, Bengkalis, gelombang yang mengempas dermaga terbilang tidak kuat. "Kapal berbobot 45-50 ribu ton bisa sandar karena alurnya dalam,"ucapnya. Lebar dermaga 200 meter bakal ditambah. "Nanti bisa dua kapal sekali sandar,"kata Syamsuar.Pengembangan Kawasan Tanjung Buton bakal melengkap prestasi Siak dalam hal perizinan. Sejak 2013, Syamsuar menerbitkan peraturan bupati tentang perlimpahan kewenangan kepada Badan Penanaman Modal dan camat. Sebanyak 39 jenis perizinan dan non-perizinan diselesaikan di level dua instansi itu. Bosowa merasakan danpak pemangkasan birokrasi perizinan tersebut. "Di Siak jauh lebih simpel,"ujar Abdul Muis.
Kemudahan perizinan tak hanya diicip perusahaan besar. Rudi, 35 tahun, pengurus hotel dan rumah makan di Siak Sri indrapura, tidak mengalami kesulitan mengurus izin usaha di Kantor Penanaman Modal. "Mudah," katanya setengah berjalan tergopoh-gopoh setelah memperpanjang izin Grand Royal Hotel. "Dua hari selesai jika tidak ada halangan."Dengan menenteng map penuh berkas persyarakat, Rudi juga mengurus izin usaha baru untuk rumah makan bernama Kota Istana. "Nanti ada SMS memberitahukan izin anda sudah selesai."Komisi Pemberantas Korupsi menjadikan Siak sebagai daerah percontohan pelayanan terpadu satu pintu berbasis elektronik di Sumatera. "orang bisa mengurus izin lewat sistem online atau datang ke kantor,"ujar Heriyanto.Tempo mencoba mengecek sistem perizinan di Siak lewat jaga-aplikasi pemantau transparasi pelayanan publik yang di bikin oleh KPK. Hasilnya, seluruh proses perizinan usaha di Siak bisa di pantau via telepon pintar.
TOTAL REALISASI INVESTASI SUBSEKTOR UTAMA
Asing :
*Industri kertas, barang dari kertas, dan percetakan : Rp 8,5 triliun (87,3%)
*Industri makanan :Rp 526,1 miliar (5,4%)
*Tanaman pangan dan perkebunan : Rp 382,7 miliar (3,9%)
Dalam Negeri :
*Industri Kertas, barang dari kertas, dan percetakan: Rp 3.181,8 miliar (80,9%)
*Industri makanan: Rp 417,3 miliar (10,6%)
*Tanaman pangan dan perkebunan : Rp 307,2 miliar (7,8%)
POTENSI INVESTASI LAINNYA
Sektor Pertanian
*Lahan pertanian pangan berkelanjutan seluas 12.958 hektare.
*Komoditas unggulan terdiri atas padi, jagung, kedelai, kacang-kacangan, dan umbi-umbian.
*Potensi lahan sawah terbesar di Kecamatan BungaRaya, Sungai Apit, Sabak Auh, dan Sungai Mandau.
Sektor Peternakan
Siak ingin menjadi daerah sentra pengembangan sapi potong di Riau.
Selain sapi, potensi ternak ayam buras, kerbau, kambing, dan itik digarap.
kawasan peternakan pola sistem integrasi sapi dan sawit seluas 270 ribu hektare untuk 540 ribu ekor.
Kawasan peternakan pola sistem integrasi sapi dan padi mencapai 7.704 hektare untuk 3.500 ekor.
Sektor Perkebunan
Komoditas tanaman perkebunan antara lain kelapa sawit, karet, sagu, kelapa, dan kakao.
Pada 2015, luas lahan perkebunan sawit 288.362 hektare, karet 15.477 hektare, sagu 10.151 hektare, kelapa 1.628 hektare, dan kakao 58 hektare.
Produksi sawit mencapai 969.234 ton, karet 11.646 ton, sagu 44.418 ton, kelapa 1.131 ton, dan kakao 17 ton.
Sektor Pariwisata
Ekowisata di kawasan perkampungan Mempura.
Wisata sejarah dan budaya di ibu kota Siak Sri Indrapura antara lain obyek wisata Jembatan Siak, Istana Siak, dan Balai Kerapatan Tinggi.
Wisata alam di Danau Naga Sakti, Kolam hijau, dan Danau Km 51 Koto Gasib.